Kurang dari satu tahun
lagi Indonesia akan mengikuti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang merupakan
bentuk dari perdagangan dan persaingan bebas diantara negara – negara ASEAN.
Kesiapan pemerintah untuk mengikuti MEA masih dipertanyakan terutama terkait
dengan kesiapan persaingan dibeberapa bidang seperti kesehatan dan pariwisata,
dan juga yang tak kalah penting proteksi terhadap pengangguran agar terus bisa
bersaing dalam MEA.
Indonesia memang boleh
optimis karena memiliki bonus demografi penduduk usia kerja produktif yang
lebih banyak dibandingkan negara ASEAN lain seperti Singapura yang memasuki
penduduk usia tua. Inilah pertaruhan bagi pemerintah untuk memastikan bahwa
anak muda usia 15-24 tahun memperoleh pendidikan yang layak dengan standar mutu
tinggi.
Berdasarkan rilis UNESCO
pada tahun 2011 menunjukan bahwa 98,78% kaum muda sudah melek huruf. Pemerintah juga
sudah menganggarkan 15,18% dari pengeluaran pemerintah dan 2,77% dari Produk
Domestik Bruto (PDB) untuk penyelenggaraan pendidikan (World Bank, 2011).
Jumlah pengangguran muda Indonesia juga cukup rendah sebesar 5% pada 2011
(World Bank, 2011). Namun muncul pertanyaan mendasar, apakah hal tersebut itu
cukup untuk mengakomodasi kebutuhan kaum muda untuk bersaing dalam MEA?
Pengangguran kaum muda
merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat
ini. Hal ini merupakan suatu tragedi bagi kaum muda, baik perempuan maupun
laki-laki, serta bagi negara. Inipun merupakan pemborosan besar terhadap bakat
dan kemampuan generasi baru. Ada suatu kebutuhan untuk menemukan peluang baru
bagi kaum muda Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan produktif.
Tanpa adanya peluang, akan banyak kaum muda yang tidak akan mampu mewujudkan
potensi diri mereka.
Secara umum, kesempatan kerja dan pengangguran
kaum muda sangat dipengaruhi berbagai variasi yang ada dalam pasar kerja dan
kondisi perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu, di era persaingan
terbuka ini, tenaga kerja muda yang paling terpukul karena rendahnya kemampuan
adaptasi mereka terutama yang menyangkut keterampilan dan modal. Strategi - strategi
yang diterapkan untuk menangani pengangguran harus mempertimbangkan suatu
proses yang menyebabkan sejumlah kelompok penduduk lebih rentan terhadap
pengangguran dibandingkan kelompok yang lain. Sangat penting bagi pemerintah
untuk menentukan pola-pola dan fitur-fitur tertentu mengenai tenaga kerja pengangguran
muda di Indonesia.
Pemerintah
juga harus memerangi korupsi, karena korupsi telah menggerogoti anggaran negara
untuk pendidikan yang sangat penting bagi kalangan muda dan juga insentif
pengembangan infrastruktur yang menjadi faktor pendukung Indonesia dalam
bersaing di MEA. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia juga cukup rendah, berada di
posisi 144 atau dari 177 negara (Transparency International, 2011). Ini
merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah terpilih pada pemilu kali ini untuk
memerangi korupsi sebagai agenda nomor wahid pemerintahannya.
Inilah
kesempatan pemerintah untuk mengembangkan potensi tenaga kerja muda dengan
menambahkan keahlian khusus agar mampu bersaing dalam MEA, sehingga mampu
menyejahterakan masyarakat dan mewujudkan julukan dunia kepada Indonesia : Asian
Miracle.
No comments:
Post a Comment