Friday, May 23, 2014

Asian Miracle

Kurang dari satu tahun lagi Indonesia akan mengikuti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang merupakan bentuk dari perdagangan dan persaingan bebas diantara negara – negara ASEAN. Kesiapan pemerintah untuk mengikuti MEA masih dipertanyakan terutama terkait dengan kesiapan persaingan dibeberapa bidang seperti kesehatan dan pariwisata, dan juga yang tak kalah penting proteksi terhadap pengangguran agar terus bisa bersaing dalam MEA.

Indonesia memang boleh optimis karena memiliki bonus demografi penduduk usia kerja produktif yang lebih banyak dibandingkan negara ASEAN lain seperti Singapura yang memasuki penduduk usia tua. Inilah pertaruhan bagi pemerintah untuk memastikan bahwa anak muda usia 15-24 tahun memperoleh pendidikan yang layak dengan standar mutu tinggi.
Berdasarkan rilis UNESCO pada tahun 2011 menunjukan bahwa 98,78%  kaum muda sudah melek huruf. Pemerintah juga sudah menganggarkan 15,18% dari pengeluaran pemerintah dan 2,77% dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk penyelenggaraan pendidikan (World Bank, 2011). Jumlah pengangguran muda Indonesia juga cukup rendah sebesar 5% pada 2011 (World Bank, 2011). Namun muncul pertanyaan mendasar, apakah hal tersebut itu cukup untuk mengakomodasi kebutuhan kaum muda untuk bersaing dalam MEA?
Pengangguran kaum muda merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Hal ini merupakan suatu tragedi bagi kaum muda, baik perempuan maupun laki-laki, serta bagi negara. Inipun merupakan pemborosan besar terhadap bakat dan kemampuan generasi baru. Ada suatu kebutuhan untuk menemukan peluang baru bagi kaum muda Indonesia untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan produktif. Tanpa adanya peluang, akan banyak kaum muda yang tidak akan mampu mewujudkan potensi diri mereka.
 Secara umum, kesempatan kerja dan pengangguran kaum muda sangat dipengaruhi berbagai variasi yang ada dalam pasar kerja dan kondisi perekonomian secara keseluruhan. Oleh karena itu, di era persaingan terbuka ini, tenaga kerja muda yang paling terpukul karena rendahnya kemampuan adaptasi mereka terutama yang menyangkut keterampilan dan modal. Strategi - strategi yang diterapkan untuk menangani pengangguran harus mempertimbangkan suatu proses yang menyebabkan sejumlah kelompok penduduk lebih rentan terhadap pengangguran dibandingkan kelompok yang lain. Sangat penting bagi pemerintah untuk menentukan pola-pola dan fitur-fitur tertentu mengenai tenaga kerja pengangguran muda di Indonesia.
Pemerintah juga harus memerangi korupsi, karena korupsi telah menggerogoti anggaran negara untuk pendidikan yang sangat penting bagi kalangan muda dan juga insentif pengembangan infrastruktur yang menjadi faktor pendukung Indonesia dalam bersaing di MEA. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia juga cukup rendah, berada di posisi 144 atau dari 177 negara (Transparency International, 2011). Ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah terpilih pada pemilu kali ini untuk memerangi korupsi sebagai agenda nomor wahid pemerintahannya.
Inilah kesempatan pemerintah untuk mengembangkan potensi tenaga kerja muda dengan menambahkan keahlian khusus agar mampu bersaing dalam MEA, sehingga mampu menyejahterakan masyarakat dan mewujudkan julukan dunia kepada Indonesia : Asian  Miracle.

           



No comments:

Post a Comment